Oleh : Sumarlin Wuwur
------------------------------
Kita adalah barisan yang terbuang. Parade kemiskinan yang sering menjadi tontonan menarik. Jeritan kita adalah suara mesin uang bagi penguasa. Tangisan kita adalah tulisan yang empuk bagi kuli tinta.
Kita adalah kawanan lalat yang menjilati remah-remah terbuang dari perjamuan kaum kaya raya. Kaum yang selalu membicarakan penderitaan kita kala sedang makan dan minum. Mereka jijik melihat kita melintas di beranda rumah. Kita adalah kuman.
Mari menghitung hari melewati jalan sengsara ini. Biarkan anak-anak menangis, biarkan saja ibu-ibu menjerit. Kita tak punya susu. Kita tak punya gula. Kita tak punya nasi apalagi lauk pauk dan anggur yang harum. Tidur kita masih beralaskan pandan atau pun karton. Lelap kita masih berbalut air mata.
Sarapan pagi kita adalah menu sebuah pikiran bagaimana jantung harus tetap berdetak untuk sehari. Santap siang kita adalah daftar harga sekolah dan rumah sakit yang tak bisa kita jangkau.
Kita pasrah dalam tidur menanti datangnya hari pembebasan abadi.
0 comments:
Posting Komentar