Muhammad Taufiqqurahman - detikNews
Pohon sukun yang masih berdiri saat ini di Taman Rendo, bukanlah pohon yang sama yang menaungi Soekarno saat beristirahat dan membaca saat dalam masa pengasingan. Pohon itu sudah lama mati, namun kemudian digantikan dengan pohon sukun yang berbeda tetapi miliki khasnya dengan bercabang lima.
"Pohon yang jenis sama ditanam oleh warga pada tahun 1981," kata salah seorang warga, Hendrik.
Soal Rajawali dan Soekarno juga menjadi mitos masyarakat Ende. Dalam pengasingannya, Soekarno dapat dipantau dengan adanya Rajawali yang selalu terbang memutar di atas langit untuk menemani tokoh proklamator itu. Meski, Soekarno sedang berada di kali untuk mandi.
"Rajawali itu terbang memutar beberapa kali dan kemudian terbang ke arah selatan saat patung ini berada di Taman Ronde," ujarnya.
14 Januari 1934, kapal Van Der Wijck yang berlayar dari Pelabuhan Surabaya selama delapan hari melepas jangkar di Pelabuhan Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Soekarno bersama istrinya, Inggit Garnasih, ibu mertua dan anak angkatnya, Ratna Djuami menjejakkan kakinya di Ende. Bersama beberapa serdadu Belanda yang mengawalnya, Soekarno dibawa ke Kampung Ambugaga untuk diasingkan.
Kota Ende memiliki nilai sejarah penting bagi Indonesia. Bukan karena di Kota ini pernah terjadi genangan darah para pejuang kemerdekaan dalam melawan penjajah atau kota ini hancur oleh serangan musuh, bukan itu. Tetapi di Ende, sebuah falsafah negara yang kelak menjadi dasar negara yang nantinya disebut Pancasila mulai ada.
"Indonesia tidak hanya lahir di Barat. Indonesia lahir dari Timur," kata budayawan Goenawan Muhammad.
Di awal bulan Juni ini, cuaca di Ende sangat cerah, angin yang membawa rasa asin air laut masih dapat dirasakan di tempat ini. Pohon sukun (Ortocarpus communis) banyak tumbuh di sana, termasuk pohon beringin dengan ranting-rantingnya yang menjuntai, serta pohon palem yang berjejer rapi dengan jalan-jalan yang sudah dirapikan dengan semen dan batu-batuan pantai yan berbentuk pipih. Patung berwarna cokelat perunggu yang mirip Soekarno tengah duduk di bawah pohon sukun dengan kaki kanan yang disilangkan ke kaki kaki kirinya.
Pengalaman Soekarno itu diceritakan dalam buku Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat. Dalam tulisannya, pada beberapa kali kesempatan di tahun-tahun pengasingannya di Ende, Soekarno meluangkan waktu kosongnya untuk membaca pada sebuah taman yang dinamai Rendo.
Dapat dibayangkan, Seokarno sedang duduk pada sebuah bangku kecil, Ia duduk sambil membaca sebuah buku yang sudah beberapa kali dikhatamkannya. Kini buku yang sama itu sudah hampir mencapai lembaran terakhirnya. Soekarno menutup bukunya, tangannya disandarkan ke belakang untuk menopang kepalanya. Kepala Soekarno mendongak ke atas melihat cabang-cabang pohon sukun yang berjumlah itu lima sambil menikmati hembusan angin dan mulai berfikir jauh tentang Indonesia. Di bawah pohon sukun inilah, Soekarno menemukan konsep dasar Indonesia, Pancasila.
Soekarno tidak pernah menyebut dasar negara Indonesia lahir di Ende secara langsung, tetapi pada rapat BPUPKI tertanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengatakan bahwa dasar negara yang diberi nama Pancasila digali dari bumi ibu pertiwi.
Foto: Ilustrasi (detikcom)
Jakarta - Konon, ketika patung Soekarno diletakkan di Taman Ronde, Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa minggu lalu, seekor rajawali terbang memutar di atas Taman Rendo. Rajawali disebut sebagai simbol keberadaan Soekarno di Ende. Bahkan, pohon sukun yang lama tidak berbuah di Taman Rendo itu kini mulai berbuah. Beberapa masyarakat menghubungkannya berbuahnya pohon sukun itu dengan diletakannya patung Soekarno yang berada di bawahnya.Pohon sukun yang masih berdiri saat ini di Taman Rendo, bukanlah pohon yang sama yang menaungi Soekarno saat beristirahat dan membaca saat dalam masa pengasingan. Pohon itu sudah lama mati, namun kemudian digantikan dengan pohon sukun yang berbeda tetapi miliki khasnya dengan bercabang lima.
"Pohon yang jenis sama ditanam oleh warga pada tahun 1981," kata salah seorang warga, Hendrik.
Soal Rajawali dan Soekarno juga menjadi mitos masyarakat Ende. Dalam pengasingannya, Soekarno dapat dipantau dengan adanya Rajawali yang selalu terbang memutar di atas langit untuk menemani tokoh proklamator itu. Meski, Soekarno sedang berada di kali untuk mandi.
"Rajawali itu terbang memutar beberapa kali dan kemudian terbang ke arah selatan saat patung ini berada di Taman Ronde," ujarnya.
14 Januari 1934, kapal Van Der Wijck yang berlayar dari Pelabuhan Surabaya selama delapan hari melepas jangkar di Pelabuhan Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Soekarno bersama istrinya, Inggit Garnasih, ibu mertua dan anak angkatnya, Ratna Djuami menjejakkan kakinya di Ende. Bersama beberapa serdadu Belanda yang mengawalnya, Soekarno dibawa ke Kampung Ambugaga untuk diasingkan.
Kota Ende memiliki nilai sejarah penting bagi Indonesia. Bukan karena di Kota ini pernah terjadi genangan darah para pejuang kemerdekaan dalam melawan penjajah atau kota ini hancur oleh serangan musuh, bukan itu. Tetapi di Ende, sebuah falsafah negara yang kelak menjadi dasar negara yang nantinya disebut Pancasila mulai ada.
"Indonesia tidak hanya lahir di Barat. Indonesia lahir dari Timur," kata budayawan Goenawan Muhammad.
Di awal bulan Juni ini, cuaca di Ende sangat cerah, angin yang membawa rasa asin air laut masih dapat dirasakan di tempat ini. Pohon sukun (Ortocarpus communis) banyak tumbuh di sana, termasuk pohon beringin dengan ranting-rantingnya yang menjuntai, serta pohon palem yang berjejer rapi dengan jalan-jalan yang sudah dirapikan dengan semen dan batu-batuan pantai yan berbentuk pipih. Patung berwarna cokelat perunggu yang mirip Soekarno tengah duduk di bawah pohon sukun dengan kaki kanan yang disilangkan ke kaki kaki kirinya.
Pengalaman Soekarno itu diceritakan dalam buku Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat. Dalam tulisannya, pada beberapa kali kesempatan di tahun-tahun pengasingannya di Ende, Soekarno meluangkan waktu kosongnya untuk membaca pada sebuah taman yang dinamai Rendo.
Dapat dibayangkan, Seokarno sedang duduk pada sebuah bangku kecil, Ia duduk sambil membaca sebuah buku yang sudah beberapa kali dikhatamkannya. Kini buku yang sama itu sudah hampir mencapai lembaran terakhirnya. Soekarno menutup bukunya, tangannya disandarkan ke belakang untuk menopang kepalanya. Kepala Soekarno mendongak ke atas melihat cabang-cabang pohon sukun yang berjumlah itu lima sambil menikmati hembusan angin dan mulai berfikir jauh tentang Indonesia. Di bawah pohon sukun inilah, Soekarno menemukan konsep dasar Indonesia, Pancasila.
Soekarno tidak pernah menyebut dasar negara Indonesia lahir di Ende secara langsung, tetapi pada rapat BPUPKI tertanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengatakan bahwa dasar negara yang diberi nama Pancasila digali dari bumi ibu pertiwi.
0 comments:
Posting Komentar