Minggu, 18 Agustus 2013

Organisasi Daerah dan Primordialisme Mahasiswa

Rasa primordialisme kedaerahan tampak bukan merupakan hak baru bagi kita. Bagi segenap mahasiswa, rasa memiliki daerah kelahiran asal merupakan identitas (kebanggaan) tersendiri. Ketika seseorang dari daerah lain berani menghina suatu daerah, pada taraf tertentu kita jadi marah dan bersikap sensitif terhadap mereka.
Itu wajar, mengingat identitas kedaerahan menyangkut harga diri mahasiswa yang dibangun di kampus-kampus. Bagi mahasiswa, peduli pada daerah adalah kewajiban. Mereka berkumpul dan mendiskusikan masalah atau isu aktual di daerah. Dengan sentuhan demikian, tak bisa terelakkan jika kelompok mahasiswa asal daerah mempunyai posisi tawar cukup tinggi di lingkungan pemerintahan daerah.
Organisasi Daerah
Organisasi daerah (orda) adalah sekelompok orang atau mahasiswa yang peduli terhadap daerah asal. Mereka berkumpul, bercengkerama, bercakap-cakap, berdiskusi dengan teman-teman seperjuangan dari daerah. Umumnya perjumpaan seorang dan yang lain didasari keinginan berpartisipasi dalam proses pembangunan daerah.
Para mahasiswa yang umumnya berasal dari pelosok daerah di Nusantara terkadang merasa senasib dan seperjuangan. Apalagi ketika mendengar daerah asal mereka jadi hujatan dari mahasiswa daerah lain yang superior, seseorang atas nama daerah bisa bertindak anarkis. Dan, tak jarang hal itu akan memicu bentrok antardaerah. Hal itulah yang menimbulkan rasa primordialisme kedaerahan.
Dalam kampus, organisasi daerah merupakan satu dari sekian fenomena yang tampak superior. Ia tidak hanya menjadi tempat pengungsian mahasiswa daerah. Lebih dari itu, juga menjadi jembatan sosial untuk saling mengenal, menyapa, bertukar informasi tentang kedaerahan. Fenomena untuk mengunggul-unggulkan daerah asal di atas daerah lain pun ramai diperbincangkan di perguruan tinggi (PT).
Perguruan tinggi merupakan tempat strategis bagi mereka untuk berkumpul, berpikir, dan mewujudkan patriotisme pada daerah. Kampus mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa. Kampus pula yang mengilhami mahasiswa untuk memberikan kontribusi ke daerah. Lewat kampus, mahasiswa diyakini mampu melahirkan gagasan baru, ide baru.
Keuntungan itu tidak hanya berlaku bagi organisasi. Terjadi simbiosis mutualisme antara organisasi daerah dan perguruan tinggi. Ketika menggelar kegiatan di daerah, para mahasiswa masih membawa institusi kampus, bahkan tak sedikit yang mempromosikan kampus mereka masing-masing.
Karena itu semestinya pihak perguruan tinggi berlaku arif untuk membantu eksistensi organisasi daerah. Sebab, jarang organisasi daerah diperhatikan pihak kampus. Peranan organisasi di daerah untuk terus menggiring banyak calon mahasiswa baru agar melanjutkan pendidikan ke PT tak diakomodasi kampus. Maka terjadilah ketimpangan.
Kampus bersedia menerima mahasiswa daerah, tetapi “enggan” mengapresiasi peranan organisasi daerah. Kampus mestinya memberikan porsi dan peluang sebesar-besarnya pada organisasi daerah untuk berkembang mengibarkan sayap.
Selama ini PT cenderung peduli pada organisasi intrakampus yang berbasis pada kemampuan intelektual mahasiswa, organisasi, penalaran, dan keterampilan. Sebaliknya, ketika disuguhi fenomena organisasi daerah, PT berkesan bersikap sebelah mata.
Kondisi itu tentu kontras dengan peranan organisasi daerah yang begitu kompleks sebagai representasi dari kampus masing-masing. Terbukti, menjelang pendaftaran mahasiswa baru, organisasi daerah sukarela menginstruksi para senior (mahasiswa lama) membantu calon mahasiswa yang sama dari pelosok daerah asal. Jadi, keliru jika orientasi pengambilan mahasiswa hanya bertumpu pada kader yang bergelut di kampus.
Semestinya organisasi daerah yang berperan penting dalam menyuplai mahasiswa baru masuk ke kampus. Organisasi daerah selalu membawa bendera kampus sebagai bingkai identitas ketika melaksanakan kegiatan. Itu mengisyaratkan betapa besar rasa nasionalisme mahasiswa kedaerahan di kancah PT.
Saat ini mahasiswa yang tergabung dalam organisasi daerah sudah sangat besar. Maka ketika memasuki masa pencalonan kepala daerah, tak jarang organisasi mahasiswa diminati untuk mendulang suara. Bahkan tak jarang organisasi itu andil sebagai alat kampanye untuk memenangkan salah satu calon.

Ditulis Oleh : Berita14 // 08.58
Kategori:

0 comments: