Jakarta (1/12/2012) - Proyeksi Indonesia menjadi negara maju dan kuat di abad 21 merupakan sebuah capaian atas Sustainable Growth and Development Program yang dicanangkan pemerintah. Perekonomian Indonesia di tahun 2045 diprediksi akan menjadi kuat, berkeadilan dan ramah lingkungan. Selain itu demokrasi menjadi lebih matang dan stabil dengan terbangunnya peradaban unggul, maju, produktif, inovatif dan berkelanjutan, serta harus utuh dan berjangka panjang.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato yang berjudul “Ekonomi Indonesia Sebuah Manifesto Pembangunan Abad 21” dalam acara Penyatuan Visi “Bersama Menuju Indonesia Maju 2030”, di Jakarta, 13 Nopember 2012 lalu.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menyampaikan pencapaian sustainable growth and development harus dimulai dari pemahaman dan pilihan strategi. Setidaknya terdapat empat langkah utama berkesinambungan dan berkelanjutan yang ditempuh yakni, pro-growth, pro-poor, pro-job, dan pro-environment.
Meskipun Indonesia sudah mempunyai fundamental ekonomi yang kuat dan masih mempunyai ruang bagi pertumbuhan ekonomi tumbuh diatas 6%. Dalam presentasi ekonominya Presiden berpesan agar saat krisis, tidak berhenti dalam membeli barang dan jasa (keep buying strategy), supaya perekonomian terus menerus berputar untuk menjaga pertumbuhan dan pemerataan. Berangkat dari hal tersebut, Indonesia menyadari bahwa perekonomian global rentan terhadap gejolak krisis. Indonesia harus pandai memetik pelajaran dari krisis 2008. Oleh karenanya diperlukan global economic balance, defisit tidak boleh terlalu besar, adanya regulasi keuangan global, institusi keuangan global harus baik, perlu dicegah terjadinya ekonomi gelembung (bubble economy) dan proteksionisme, serta adanya early warning terhadap krisis.
Mengutip dari laporan McKinsey, Presiden Susilo Bambang Yudoyuno menjelaskan bahwa tren ekonomi Indonesia termasuk baik dan menjanjikan. Untuk itu, harus terus-menerus menemukan dan menciptakan peluang. Dengan kecerdasan, Indonesia mampu menjalin kerjasama ekonomi di kawasan dan dunia, agar bermanfaat bagi pertumbuhan yang kuat.
Membedah lebih dalam acuan presentasi ekonomi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai potensi kekuatan ekonomi RI pada 2030, berdasarkan hasil penelitian McKinsey Global Institute (MGI), terkait The Archipelago Economy : Unleashing Indonesia’s Potential, disebutkan saat ini Indonesia berada pada urutan ke – 16 ekonomi terbesar di dunia dan pada 2030 Indonesia dapat meraih peringkat 7 terbesar di dunia. Prestasi tersebut dapat dilihat dari indikator volalitas pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju, seperti Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), Brazil, Russia, India, China and South Africa (BRICS). Rasio utang Indonesia terhadap PDB turun sekitar 70% dan di 2012 Indonesia berada di posisi ke 25 dalam stabilitas makro ekonomi. Prestasi tersebut meningkat dibanding pada 2007 yang berada pada posisi 89. Sebelumnya, Indonesia pernah masuk dalam ranking ke-28 perekonomian terbesar dunia, dan sempat naik menjadi ranking 16 dunia pada 2011. Sementara di Asia, masuk sebagai negara ke-5 setelah Cina, Jepang, India dan Korea.
Kemajuan Indonesia didorong oleh langkah besar dalam manajemen makro ekonomi. Sehingga inflasi menurun dari dua angka menjadi satu angka dengan rasio utang pemerintah dibanding PDB yang jauh di bawah negara-negara maju dunia lainnya. Perlu diingat kembali, Indonesia memiliki populasi muda urban yang pertumbuhan pendapatannya sangat kuat. Pada 2000-2010 produktivitas tenaga kerja yang tumbuh 60% diyakini mampu mencapai target pertumbuhan PDB sebesar 7%.
Dengan semangat demokrasi membangun kekuatan ekonomi, ditambah para pelaku ekonomi yang serius di panggung internasional, Indonesia telah melakukan langkah terbaiknya. Dalam periode 2000-2010 Indonesia mampu keluar dari krisis 1997-1998 dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sekitar 5,2% setahun. Bahkan Indonesia mampu keluar dari mitos dengan archipelago economy yang berubah cepat dan dinamis, sebagai berikut :
Perbandingan ekonomi Indonesia sekarang dengan tahun 2030, antara lain: a). Saat ini Indonesia ditopang oleh 45 juta penduduk kelas konsumsi dan pada tahun 2030 diprediksi menjadi 135 juta; b). Saat ini 74% PDB ditopang oleh 53% penduduk perkotaan dan pada 2030 diprediksi untuk penduduk perkotaan menjadi 71% yang menopang 86% PDB; c). Saat ini perekonomian didukung oleh 55 juta tenaga skill dan pada 2030 diprediksi menjadi 113 juta; d). Saat ini terdapat peluang pasar sebesar US$ 0,5 triliun pada sektor jasa consumer, pertanian, perikanan, sumber-sumber alam (resources), pendidikan dan pada 2030 diprediksi menjadi US$ 1,8 triliun.
Perlu menjadi perhatian bersama, pada 2010 sampai 2030, tingkat konsumsi akan tumbuh 7,7% per tahun meliputi saving and investment (10,5% per tahun), food and beverage (5,2% per tahun), leisure (7,5% per tahun), apparel (5% per tahun), education (6% per tahun), transportation (4,6% per tahun), housing and utilities (4,5 % per tahun), telecom (4,7% per tahun), personal items (5,3% per tahun), dan health care (6,2% per tahun).
Melihat potensi kekuatan perekonomian Indonesia pada tahun 2030, yang akan mampu menjadi nomor 7 terbesar di dunia. Perlu diwaspadai bersama yaitu penurunan pertumbuhan global ditambah situasi politik dan keamanan di Timur Tengah, maupun kawasan Asia Pasifik. Perlu diwaspadi juga persoalan konflik internal di dalam negeri, seperti ancaman krusial dalam negeri yang meliputi ancaman terorisme, gerakan separatisme di Papua, dan konflik sosial di beberapa daerah. Berbagai ancaman potensial tersebut akan turut mempengaruhi pembangunan ekonomi Indonesia, meski Indonesia sudah memiliki energi positif “Bhinneka Tunggal Ika”. Dukungan energi positif yang dikombinasikan dengan karakter kepemimpinan yang kuat untuk fokus mengelola konsumsi, pertanian dan perikanan, sumber daya alam dan sumber daya manusia, Indonesia mampu menjadi negara maju 2030.
Saat ini Indonesia telah dipenuhi oleh pertumbuhan kelompok menengah. Kondisi ini jika tidak didukung oleh perbaikan menyeluruh terhadap birokrasi, infrastruktur dan lain-lainnya, maka Indonesia berpeluang terjebak dalam perangkap ‘The Middle Income Trap”. Visi emerging economy Indonesia tentu perlu dipahami dan di kedepankan oleh berbagai pihak. Emerging economy merupakan keadaan negara yang pertumbuhan ekonominya sangat pesat dan volatilitasnya tinggi. Negara seperti ini menjanjikan potensi pertumbuhan luar biasa, namun memiliki resiko politik, keuangan, dan sosial yang signifikan.
Pencapaian ekonomi Indonesia saat ini dapat menjadi pijakan pembangunan ke depan. Momentum dan peluang untuk menjadi negara kuat masih terbuka bagi Indonesia. Namun demikian, langkah strategis dan terpadu perlu dibangun bersama dalam penyatuan visi menuju Indonesia maju. Langkah strategis tersebut diantaranya Global economic balance, defisit yang tidak terlalu besar, regulasi keuangan global dan intitusi keuangan global yang baik, menjadi langkah awal yang perlu ditempuh. Selain itu, perlu adanyapolicy coordinating yang melibatkan peran negara dan masyarakat, agar dapat terbangun ketajaman dalam early warning terhadap potensi krisis yang sangat fluktuatif. (*/dari berbagai sumber).
0 comments:
Posting Komentar