Dia mengatakan, dalam bahasa daerah jika diterjemahkan sebagai berikut: Menjadi seorang pemimpin siap menjadi tong sampah. Semua yang buruk akan diserahkan kepada kita. Kita seperti tong sampah yang siap menampung hinaan, celaan, omelan, karena itu kita harus tabah, setia menjalankan tugas. Potongan kata sambutan ini saya ingat terus dan mungkin seumur hidup tetap saya ingat. Sekarang barulah saya sadar bahwa orang kampung yang tidak memiliki pendidikan formal memiliki kebijaksanaan ini.
Ketika itu saya berumur 11 tahun dan sedang duduk di kelas V SD. Karena mama saya adalah anggota kelompok santa Anna di kampung Ataili maka saya ikut dia dalam acara serah terima jabatan ketua Santa Anna yang lama kepada ketua yang baru terpilih. Pada waktu itu ketua lama adalah Ibu Marta Siba Uden menyerahkan jabatan kepada Gertrudis Ingir Ingan. Saya masih ingat baik kata sambutan dari ketua lama (ibu Marta Siba Uden almahruma).
Dalam konteks pemikiran ini, saya mencoba mengembangkan ide bahwa Yesus sebagai tong sampah dosa manusia. Teologinya jelas bahwa Yesus Wafat di kayu salib untuk menebus dosa-dosa manusia. Yesus tidak membedakan agama, suku, ras dll. Yesus bagaikan bak sampah raksasa yang siap menampung dosa milyaran manusia di bumi. Yesus tidak membedakan jenis-jenis dosa, apakah dosa korupsi, perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, penipuan, dan lain-lain, semuanya ditampung oleh Yesus kemudian dilebur bersama dengan korbanNya di atas Kayu Salib.
Setelah itu manusia dengan bangga mengenakan manusia baru bagaikan kertas putih yang belum dicoreti. Apakah semudah itu Yesus menampung semua dosa kita? Saya kira tidak. Manusia harus dengan rendah hati mengakui semua dosanya di hadapan Tuhan. Kita ingat kedua penjahat disalibkan bersama dengan Yesus, yang satu di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Penjahat di sebelah kanan mengakui kesalahannya dan memohon belaskasih dan pengampunan dari Yesus. Yesus menjawab “Hari ini engkau ada bersama dengan saya di Firdaus”. Berbeda dengan penjahat di sebelah kiri. Ia sendirilah yang memikul dosanya dan tempatnya bukan di Firdaus.
Menjadi pemimpin, mampukah menjadi tong sampah mulai dari hinaan, celaan, omelan, dll? Saya kira manusia di bumi tak akan mampu. Hanya Yesus sebagai Tuhan dan guru kita menjadi bak sampah raksasa yang siap menampung semua dosa kita bahkan ia ditampar, diludahi, dihina, disiksa sampai mati, Yesus tidak melawan. Justru Yesus berdoa kepada mereka yang membunuhNya. “Ya Bapa ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Amin.....
0 comments:
Posting Komentar